..::Jumlah Ruang Kelas: 21 | Jumlah Guru: 34 | Jumlah Tendik: 6 | Jumlah Peserta Didik: 901 | Jumlah Rombel: 27 - Sumber: Dapodik::..

Senin, 17 Juli 2023

Kabid Pembinaan SD: MPLS Diisi Program-Program Terkait IKM

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang dilaksanakan selama dua pekan bagi para peserta didik baru tahun pelajaran 2023/2024 dihimbau agar diisi dengan kegiatan yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum  Merdeka (IKM) dan diharapkan dapat menjadi budaya sekolah, demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kota Depok, Wawang Buang, saat memberikan sambutan pada workshop Implementasi Kurikulum Merdekan untuk guru kelas 2 dan 5 kecamatan Sukmajaya di SD N Mekarjaya 12 Rabu, 12 Juli 2023.

Wawang Buang mengatakan MPLS selama dua pekan harus diisi dengan berbagai kegiatan yang positif untuk memberikan pengenalan kepada peserta didik baru mengenai pengenalan informasi sekolah dan kegiatan lain yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Merdeka agar nanti dapat menjadi pembiasaan yang membudaya di sekolah.

“MPLS selama dua pekan itu cukup lama, terus sekolah mau ngapain. Untuk itu, sekolah hendaknya merancang program-program apa saja selama sepuluh hari MPLS, ayo mumpung masih ada waktu ini mulai hari ini sekolah merancang kegiatan apa saja yang mau dibuat selama MPLS,” ujarnya dihadapan seratus lebih peserta workshop.

Dalam kesempatan lain, beliau menjelaskan, sesuai dengan episode ke-24 Merdeka Belajar, tentang Masa Transisi PAUD ke SD yang didalamnya tertuang tiga target capaian sebagai berikut:

  1. Meniadakan tes calistung saat PPDB di Sekolah Dasar.
  2. Masa MPLS di Sekolah Dasar dilaksanakan selama 2 pekan.
  3. Penerapan 6 fondasi pendidikan dasar pada pembelajaran.
Dinas Pendidikan Kota Depok berharap bahwa pelaksanaan MPLS ini diisi dengan program dan kegiatan yang mengarahkan pada pembiasaan-pembiasaan positif yang harus dilakukan oleh seluruh keluarga besar sekolah.

Bagi guru, peserta didik dan seluruh orang tua/wali peserta didik, pembiasaan ini tidak hanya dilakukan saat pelaksanaan MPLS saja, tetapi menjadi program pembiasaan yang terus menerus, sampai pada akhirnya dapat terbentuk budaya sekolah.

Salah satu pembiasaan yang penting untuk dilakukan adalah pembiasaan ber-etika sopan santu dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu dibiasakan sejak usia dini untuk membentuk disiplin positif.

Perang guru di sekolah dan orang tua di rumah sangat penting untuk mengajarkan etika dan sopan santun kepada anak, salah satunya dengan melakukan pembiasaan bertutur kata yang baik dalam berkomunikasi.

Pembiasaan bertutur kata yang baik dengan pemilihan kata-kata yang positif akan membentuk kepribadian anak dalam berkomunikasi dan bergaul dengan lingkungan masyarakat luas dimasa mendatang.


Dukungan dan bimbingan dari guru dan orang tua untuk membiasakan anak-anak bertutur kata secara baik dilakukan dengan cara memberi contoh, menuntun dan mengawasi komunikasi anak dalam pergaulan sehari-hari.

Orang tua dan guru harus melakukan kolaborasi yang selaras sehingga pembiasaan bisa dilakukan secara seimbang baik dilingkungan rumah maupun sekolah.

Menjadi kekhawatiran kita bersama bahwa dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari, banyak etika  dan bertutur kata dikalangan anak-anak harus di koreksi dan diperbaiki. Sudah menjadi kebiasaan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk dikatakan ditempat umum, baik kepada teman maupun kepada orang yang lebih tua.

Dalam keseharian mereka, sepertinya kata-kata positif yang hampir jarang bahkan nyaris tidak terdengar lagi adalah kata maaf, tolong dan terimakasih. Tiga kata ajaib ini, begitu istilah yang diberikan Wawang, sudah jarang terdengar bahkan nyaris tidak terdengar. Ketika bersinggungan sesama temannya, mereka sulit mengatakan maaf, ketika membutuhkan bantuan temannya, mereka enggan menggunakan kata tolong, dan ketika sudah dibantu mereka lupa mengucapkan terimakasih.

Jadi wajar kalau kita menyimpulkan bahwa dalam kesehariannya banyak anak-anak sudah melupakan tiga kata ajaib ini. Bahkan bukan dikalangan anak-anak saja, dikalangan pendidik pun ada yang agak berat mengucapkan tiga kata ajaib ini.

Maka itu, kami mengajak kepada seluruh guru dan orang tua peserta didik untuk bersama-sama membiasakan kembali mengucapkan kata maaf, tolong dan terimakasih.

Untuk membiasakan ini, kita perlu membuat kesepakatan kepada peserta didik dan anak-anak kita. Kesepakatan yang dituangkan dalam kesepakatan tertulis, baik di sekolah maupun di rumah.

Kalau ini sama-sama kita lakukan bukan tidak mungkin akan terbentuk pembiasaan positif serta timbulnya empati dan rasa saling menghormati pada peserta didik sehingga akan membentuk karakter pelajar Pancasila yang berakhlak mulia. [Bayu - dari berbagai sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tayang Halaman