Jakarta, Monde - Dihapusnya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
jenjang SD-SMA dari kurikulum 2013 menimbulkan pro dan kontra di
kalangan guru. Sebagian dari mereka mempertanyakan bagaimana nasib guru
TIK, ketika mata pelajaran TIK tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Mohammad Nuh mengatakan, ia telah berdiskusi dengan perwakilan yang
mengatasnamakan Asosiasi Guru TIK Nasional, pada 2 Mei lalu, yang
bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Dalam dialog tersebut ada tiga wilayah yang dibahas bersama.
"Pertama, mereka sadar bahwa selama ini siswa membawa buku terlalu
banyak ke sekolah, karena mata pelajarannya memang banyak," kata Nuh
seperti dilansir dari kemdikbud.go.id.
Kedua, dalam mendidik harus dilihat tujuannya. Apa yang diharapkan pada
lulusan SD, SMP dan SMA. Setelah ditetapkan obyeknya, kata dia, barus
ditetapkan kebutuhan materi yang akan diberikan kepada siswa.
Dalam kasus guru TIK, Mendikbud menjelaskan, kompetensi yang dimiliki
guru TIK tentu tidak terbatas ilmu komputer saja. Karena untuk menjadi
lulusan dengan kompetensi ilmu komputer, guru pasti dibekali ilmu dasar
lainnya. "Itulah mengapa, bisa gurunya dikonversi ke mata pelajaran
lain, yang penting hak-hak dasar yang melekat pada guru TIK itu tidak
hilang,"katanya.
Selain dengan konversi ke mata pelajaran lain, penempatan guru TIK bisa dengan memasukan mata pelajaran TIK dalam muatan lokal.
Sekolah, kata Mendikbud, bisa menambah muatan lokal TIK.
-----
Sumber: Monitor Depok edisi cetak 06 Mei 2014
-----
Di SDN Beji Timur 1 pelajaran TIK sudah sejak tahun pelajaran kemarin tidak menggunakan buku paket, buku tulis, maupun LKS. Semua full praktek, tanpa mencatat dan menghapal yang akan menambah beban belajar siswa.
Siswa hanya dihadapkan pada bentuk-bentuk soal yang harus dicari solusinya pada komputer serta dibimbing langsung oleh guru TIK nya. Tujuanya adalah agar siswa merasakan belajar komputer seperti halnya mereka belajar bersepeda, mereka mahir namun tidak harus mengetahui teori-teori yang mendalam seperti yang terdapat pada kurikulum sebelumnya.
Untuk evaluasi, di setiap akhir semester diadakan praktek, dimana siswa harus mencari solusi langsung didepan komputer untuk mengerjakan soal ujian praktek secara sendiri-sendiri yang merupakan bentuk soal komprehensif terdiri dari materi-materi yang telah diajarkan pada satu semester terakhir.
Diharapkan dengan belajar seperti ini, siswa tidak terbebani dengan beratnya buku-buku pelajaran yang harus dibawa, banyaknya hapalan-hapalan yang harus diingat dan tugas-tugas dalam LKS yang menyita waktu. (kakbayu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar